_

_

RECYCLE EXPERIENCE is an art project established by Evan Driyananda and Attina Nuraini who shares the same interest in pop culture and toys art movement. Started circa 2006, they have made and reconstructed various kinds of materials, which existence were unexpected —even forgotten by most people in their daily lives— into new forms which are expected to be the media to express the creators’ explorative skills. These kind of explorations were conveyed by utilizing “Founded Objects media” (various kinds of non-organic waste which happens to be available amongst humanity), into many kinds of “Character Robotic Imagination”.

We had also established a “Custom Plush Jewelry” label called MANNEQUIN PLASTIC which gives different space to convey their imaginations.

Since its establishment, RECYCLE EXPERIENCE has been given enormous opportunities to participate in various numbers of activities such as art exhibitions, art collaborations, workshops, talk shows and many co-op works with several of the creative industries’ designers, companies, musicians and academic institutions.




YUME NO MACHINE
#RobotMenikah

oleh Recycle Experience

s.14, 16 Februari – 16 Maret 2016


Terinspirasi dari berbagai persilangan memori dan ketertarikan yang sama pada budaya pop dan memori masa kecil melalui mainan, film anime Jepang, khayalan, coretan-sketsa dalam catatan zaman kuliah, mimpi dan cerita kehidupan yang dialami, Attina Nuraini (1986) & Evan Driyananda (1987) berkarya bersama dengan nama Recycle Experience (REEXP) sejak 2006. Dengan semangat Art Toys Movement, mereka berdua bereksperimen dengan mengeksplorasi material temuan (found objects), barang bekas/tidak terpakai untuk dirubah, ditata ulang, potong-sambung menjadi bentukan dan makna baru dalam sebuah dunia imajiner.

Ide dan obrolan untuk mengundang REEXP berpameran di s.14 sudah berlangsung sejak tahun 2010, tetapi karena kesibukan mereka pada pekerjaannya yang lain : Mannequin Plastik, label desain kolaborasi kreasi mereka dalam karya aplikatif seperti pakaian wanita, tas, aksesoris, dan lainnya yang mengakibatkan ide pameran saat itu urung dilakukan. Lain halnya dengan hari ini, setelah 5 tahun, akhirnya kami sepakat untuk merealisasikan ide pameran tersebut dengan judul YUME NO MACHINE (Mesin Mimpi), dimana mereka mencoba membaca ulang kembali perjalanan mereka selama 15 tahun bersama, bermula dari pertemuan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA 12 Bandung) dan layaknya sebuah mimpi yang berjalan sampai hari ini, sebagai teman-sahabat-rekan kerja-pasangan yang memutuskan untuk hidup, dan membangun rumah tangga bersama pada 15 Januari 2016.

Latar belakang kekaryaan yang sangat personal, tetapi mudah dimengerti dan dipahami oleh berbagai kalangan : tentang kasih, kisah dan harapan. Kisah perjalanan itu terangkum dalam beberapa artefak elemen estetis pada pesta pernikahan mereka, dari mulai robot loro blonyo, foto pre-wedding, mahar, video, dan lainnya. Alhasil, display karya-karya tersebut berpindah tempat dari gedung pertemuan ke ruang s.14, satu persatu artefak-patung/obyek, dan karya REEXP lainnya merespon ruang-sudut perpustakaan dan bangunan terbengkalai, menyulapnya menjadi satu kesatuan instalasi dengan warna-warna ceria, dengan bentuk-bentuk imajinasi mereka, tambahan detail  kecil dari rumah/studio mereka seperti mainan masa kecil, obyek temuan  (found objects), sampai alunan nada (sound). Lewat memori, artefak kenangan, bentukan baru, dengan sederhana mereka mencoba berbagi inspirasi, spirit kebahagiaan melalui karyanya.

Bertempat di s.14, Jl. Sosiologi no. 14 Komp. Perum UNPAD Cigadung, dibuka untuk apresiasi Umum tanpa seremoni pembukaan pada Selasa, 16 Februari 2016, dan berlangsung sampai 16 Maret 2016. Dalam rangkaian pamerannya terdapat Artist Talk/Bincang Seniman pada Sabtu, 20 Februari 2016 untuk mengenal lebih dekat proses kekaryaan seniman, dan ditutup pada Sabtu, 5 Maret 2016 dengan pelatihan/workshop “The Art of Recycle” yang akan dipandu Evan dan Attina langsung dalam berbagi teknik, ide berkarya memanfaatkan barang-barang bekas, sampah, yang sudah tidak terpakai.
  
Artist Talk
Bersama Attina Nuraini & Evan Driyananda
Sabtu, 20 Februari 2016 | Pukul 15.00 – 18.00 WIB

Public Workshop
‘The Art of Recycle”
Sabtu, 5 Maret 2016 | Tidak ada batasan umur | FREE, tempat terbatas!


Update Info Program
FB : Ruang Depan
Twitter & IG : @sosiologi14

          

PROFIL SINGKAT

Evan Driyananda, lahir 8 Agustus 1982 di Bandung. Ia menyelesaikan studi seni rupa di UPI-Bandung pada 2010. Sejak 2006 aktif dalam sejumlah aktivitas seni melalui proyek seni yang diberi nama Recycle Experience (REEXP) yang memanfaatkan limbah plastik dan tembaga. Pada 2007 ia mendirikan dan berperan sebagai art director sebuah label aksesoris MANNEQUIN PLASTIC dan pernah menjadi art director untuk Lou belle (2010–2011). Kini bekerja dan menetap di Bandung.

Attina Nuraini, lahir 17 april 1986 di Bandung. Menamatkan studinya di UPI-Bandung pada 2010. Sejak 2006 aktif dalam sejumlah aktivitas seni melalui proyek seni yang diberi nama Recycle Experience (REEXP) yang memanfaatkan limbah plastik dan tembaga. Sejak 2007, ia turut mendirikan dan menjadi direktur kreatif sebuah label desain MANNEQUIN PLASTIC; dan PINX (sejak 2010-sekarang). Kini bekerja dan menetap di Bandung.

Recycle Experience (REEXP) didirikan pada akhir 2006 oleh Evan dan Attina sebagai ruang berkesenian yang penciptaannya hadir atas ketertarikan bersama pada budaya pop dan Toys Art Movement. Kekaryaan REEXP  lahir dari keinginan untuk merubah dan menata ulang benda temuan yang tidak terpakai, sebagai ruang eksplorasi, eksperimen bersama. Aktif mengikuti pameran bersama sejak tahun 2007, pameran tunggal pertamanya “My Secret Garden“. di Lou belle shop (2010) dan mendapatkan beberapa penghargaan seperti People’s Choice : Indonesian Emerging Artist di Bazaar Art Award 2010, Young Change Makers dari Ashoka Indonesia (2009). ‘Yume No Machine’ adalah pameran tunggal kali kedua di s.14 pada awal 2016 ini.


Follow
Twitter : @REEXP
IG : @re_exp

www. recycleexperience.blogspot.com






























Pantarei presents: Rumah Gembel Project

Lewat proyek seni “Rumah Gembel” ini kami mencoba untuk mengangkat sebuahrealitas yang sangat akrab dalam keseharian kita, namun sangat jauh dari kesadaran kita. Bahkan sebagian orang malu untuk mengakui bahwa pemukiman kumuh atau “rumah gembel” ini merupakan bagian dari identitas kota yang kita huni. Lewat proyek seni ini kami mengajak untuk jujur terhadap identitas lokal kita. Ide dari proyek seni ini adalah untuk mereka ulang keberadaan “rumah gembel” ini di ruang publik yang berbeda, di Mal, sebuah ruang publik yang sangat akrab dengan ‘masyarakat menengah-atas’ Jakarta. Objektif dari proyek seni ini adalah: melalui seni rupa, kita dapat merubah kesadaran publik akan keberadaan “rumah gembel.”“Rumah Gembel” yang dalam realitas keseharian kita dianggap memalukan, simbol dari negara berkembang, melalui campur tangan seni rupa kami harapkan akan dapat diterima dan berinteraksi dengan publik yang konon malu untuk mengakui keberadaan “rumah gembel” ini sebagai bagian dari identitas dirinya.Dalam proyek seni ini, kami membangun sebuah “rumah gembel” berukuran 200 x 300 x 300cm. Bahan yang digunakan untuk membangun “rumah gembel” ini adalah barang-barang temuan, atau barang-barang loakan. Hal ini untuk mempertahankan feel ke-gembelan dari “rumah gembel” ini. Pada umumnya, dinding “rumah gembel” ini dibuat dengan teknik tambal-menambal dari berbagai macam barang temuan, seperti kardus bekas, triplek bekas, seng bekas, terpal plastik, dan sebagainya.Dalam proyek “Rumah Gembel” ini, setiap keping dari bagian dinding direspons oleh seorang seniman, sehingga sebagai hasil akhirnya terbentuk sebuah “rumah gembel” yang dindingnya terbuat dari banyak karya-karya seni.-Hermanto Soerjanto, Curator/Chief Creative Officer Pantarei, inc.“Rumah Gembel” dapat dilihat di main lobby Pondok Indah Mall 3, dari tanggal 28 November hingga 1 Desember 2013.